SEMUA UNTUK SLAM

AHLAN WA SAHLAN

PERJUANGAN GARIS DEPAN WALAU KAU BUNUH JIWAKU TAK AKAN LARI AQIDAH DARIKU

Rabu, 25 Mei 2011

ANAK SHALIH


Mukaddimah

Pendidikan adalah suatu hal yang mutlak diperlukan bagi semua manusia sejak dilahirkan hingga aplikasinya dalam kehidupan. Hal ini karena pendidikan merupakan kebutuhan psykis manusia untuk mencapai bahagia hidup di dunia hinga akhirat.
Islam memandang bahwa pendidikan anak harus dilakukan oleh subjek pendidik terhadap semua anak manusia dari mulai dilahirkan hingga tutup usia. Dalam membentuk kesempurnaan diri menuju anak sholeh, harus dilalui proses penggemblengan, perpeloncoan yang efektif dan efisien terhadap anak.
Anak tidak akan berkembang dan meningkat dirinya baik fisiknya, psikisnya maupun intelegensinya tanpa melalui pendidikan yang nyata dan kontinu.
Perkembangan suatu bangsa atau negara bergantung pada warga negara yang memiliki pendidikan tinggi dan penguasaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi secara mumpuni. Jelaslah bahwa sebuah keluarga bisa dikatakan berhasil bila seorang kepala keluarga mampu membentuk dan membina anak-anaknya menjadi anak sholih atau sholihah yang cerdas, pintar, berakhlaq, berilmu pengetahuian yang luas serta mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Tentunya dalam proses perkembangan jiwa dan fisik seorang sangat bergantung pada peranan seorang ibu dalam sebuah keluarga tersebut. Mengapa demikian? Karena ibu sangat menentukan karakter awal yang akan dijadikan sampel bagi anak sejak menerima sebuah pengetahuan, pengalaman dan gerak-praktek sebuah perlakuan. Semua perilaku seorang ibu hendaknya baik dan tidak nampak keburukan sekecil apapun, karena anak secara spontan akan meniru dan mengikuti apa yang dilakukan ibunya. Dan perlu diketahui bahwa semua perlakuan yang ibu lakukan merupakan sesuatu yang mendasar dan tersimpan dalam memory hati dan intelengensia anak tersebut. Yang tersimpan dalam memory tersebut tak akan mudah hilang dan selalu diingat hingga anak tersebut beranjak dewasa setelah dia bisa mengambil kesimpulan.
Hak dan Kewajiban Orangtua
Bicara tentang hak pasti berkaitan dengan kewajiban, hak seorang anak maka kewajiban orangtua. Dan sebaliknya hak orangtua maka wajib bagi anak untuk memenuhi apa yang menjadi hak orangtua.
Semua anak terlahir dalam keadaan suci tanpa noda dan dosa, betapa tidak Allah sudah mengariskan bahwa semua makhluk termasuk manusia sudah dikaruniai hidayah fisik natural atau anugrah suci yang tercipta sesuai kehendak-Nya. Manusia telahir dengan fisik yang paling sempurna, memori manusia yang diberikan Allah adalah terbesar dibanding makhluk lainnya di dunia ini. Anugrah yang Allah berikan bahkan sampai pada otak, intelegensia yang potensinya sama dan yang lebih berharga lagi hidayah religi yang Allah berikan, begitulah tabiat manusia yang mutlak suci dan bersih sudah Allah pastikan.
Rasulullah Saw telah bersabda:
“Seorang anak manusi terlahir dalam keadaan suci (fitrah), maka orangtuanyalah yang menjdikan dia Yahudi, Nashrany atau Majusi”
Maka peranan orangtua yang menjadi lantaran terlahirnya anak manusia ke dunia ini adalah sangat menentukan dalam membentuk karakter, watak dan kemampuan dalam segala hal, Orangtua seyogyanya mendidik anaknya sejak lahir hingga dia mampu mandiri, mampu mencari penghidupan dengan sendirinya pasca berumahtangga. Karena berkembangnya anak dimungkinkan bergantung pada kebiasaan yang dilakukan oleh orangtuanya sendiri.
Ada beberapa hal yang harus orangtua lakukan dalam membentuk anaknya menjadi sholih atau sholihah di antaranya:
1.        Orantua harus memberi nama yang baik yang mengandung doa yang diharapkan Allah mengabulkan dari arti sebuah nama tersebut.
2.       Orangtua harus berupaya menghormati dan menjadikan anaknya terhormat dengan pendikan dan pengajaran yang baik dan syar’i sesuai tuntutan Allah dan Rasulullah saw. Hal ini karena perilaku yang baik lebih manfaat bagi anak dan akan abadi melekat dalam jiwanya daripada harta yang diberikan yang kadang menghancurkan kehidupannya.
3.       Orangtua juga harus membina anak-anaknya dalam perilaku dan karakter yang baik serta tidak mempersulit apa yang meraka kehendaki dalam kebaikan; baik cita-cita maupun keinginannya. Rasulullah pernah mengingatkan kita sebagai orangtua mestinya menyesuaikan kehendak anak yang baik sesuai zamannya. Karena semua anak akan hidup pada masa yang berbeda dengan masa di mana orangtua itu hidup.
4.       Orangtua juga harus menjauhkan anak-anaknya dari pergaulan yang bebas tanpa batas, pergaulan yang membahayakan dan merusak masa depan mereka. Menjauhkan mereka dari perilaku-perilaku teman-temannya yang menjurus ke arah keterlenaan permainan, perbuatan yang tiada guna, kebiasaan yang membahayakan dan tentunya menjauhkan mereka juga dari teman-teman mereka yang mempengaruhi ke arah perbuatan yang merusak.
5.       Semua orangtua hendaknya tidak pilih kasih terhadap anak-anaknya dalam memberikan pendidikan atau kebutuhan materi di antara mereka, dalam artian bahwa pemberian sesuatu yang diinginkan disesuaikan dengan kebutuhan yang sebenarnya. Dalam hal pendidikan juga perlu diperlakukan sama. Perlakuan yang tidak sama dari orangtua akan menyebabkan ketidakharmonisan antarmereka, bahkan bisa jadi satu sama lain saling bermusuhan.
Pada persoalan lain sebagaimana Rasulullah sabdakan adalah ketika orangtua sudah meninggal dunia diharapkan anaknya mendoakan selalu orangtuanya.

Peranan Guru dan Sekolah
Kalau seorang ulama hikmah pernah berfatwa bahwa derajat seorang anak manusia diturunkan ke bumi oleh orangtuanya dan diangkat ke langit derajatnya kembali oleh seorang guru. Guru adalah seorang yang cukup memeberikan andil yang paling dominan secara psikologis dan intelegensia terhadap perkembangan anak. Tak bisa dipungkiri bahwa seorang anak akan menjadi pintar, cerdas, berkembang dan berfikir dengan baik klaua bukan karena gurunya yang mengajari demikian.

Seorang sahabat Rasulullah yang beliau juga seorang menantu Rasulullah yang dinobatkan sebagai panglima cilik yang gagah berani Ali Ra. pernah berfatwa: “Siapa saja yang mengajariku walau satu huruf dari ilmu pengetahuan maka aku akan menjadi hamba baginya”… Begitulah serendahan hati seorang khalifah terakhir dari Khulafaur Rasyidun. Padahal kala itu tak seorangpun umat Islam yang tidak mengakui kehebatan dan kecerdikan serta kejeniusan Ali Ra, tapi beliau tetap rendah hati dan berjiwa besar. Kisah lain, ketika Imam besar Syafi’i Ra berguru pada sang maha ilmu Imam Malik, ia belajar banyak kepada gruunya tersebut dan ia tetap konsisten dengan pemikirannya dan ia pun kerap bertentangan dengan gurunya tersebut namun ia tetap menghormati dan menunjukkan rasa takdzimnya kepada sang guru.

Rasulullah pernah bersabda untuk seseorang yang mengajari ilmu Allah kepada siapa saja yang diajarinya bahwa seorang guru adalah bagaikan orangtua terhadap anaknya.

Maka dengan demikian bahwa seorang guru harus memerankan dirinya sebagai pendidik, pengajar dan pembina serta pembimbing dalam segala ilmu Allah terhadap anak didiknya dengan metodologi yang tepat, hingga ia berhasil membentuk anak didiknya menjadi orang yang cerdas, trampil, pintar dan berakhlak karimah serta mampu berbuat baik dan taa terhadap orangtuanya yang melahirkannya.

Dengan demikian peranan guru dalam sebuah lembaga pendidikan sangatlah penting dalam pembentukkan anak yang sholih sempurna akhlaknya, berkembang jasmaninya dan meningkat intelektualnya. .

Peranan Lingkungan

Lingkungan yang di mana seorang anak itu hidup adalah suatu medan yang paling berpengaruh bagi perkembangan anak, baik dari sisi pemikiran, perkembangan perilaku dan perkembangan intelektualnya. Anak yang hidup di komplek pesantren tidak akan lepas dari jiwa pesantren yang sarat dengan persaudaraan dan kemandiriannya. Anak yang hiduo di kawasan industri tidak akan lepas pemikiran dan cita-citanya untuk menjadi seorang yang mampu mencari pengahasilan yang memadai kelak ia telah dewasa. Dalam sebuah lingkungan pasar juga anak akan terlingkup dengan orientasi pemikirannya ingin menguasai ekonomi di dasrah tersebut yang kadang melupan pendidkan lanjuannya. Seorang anak yang hidup dalam keserbaadaan atau berada aia akan selalu melalukan sesuatu selama fasilitas dan sarana itu ada, karena memang serba ada. Tapi bagi anak yang berkembang dalam keluarga yang papa akan tercermin melakukan sesuatu dengan kemandirian berfikir, mencari dan menemukan ide-ide baru untuk menghaslkan yang dia inginkan.

Penutup

Sebagai seorang muslim, keluarga muslim tentunya pasti menginginkan dan mendambakan anaknya menjadi sholih atau sholihah. Mari jadikan hidup ini sebagai medan yang tepat untuk melakukan kewajiban sebagai amanat Allah utnuk mendidik anak sesuai dengan kodratnya. Jadikan anak-anak kita anak yang sholih yang mampu menujukkan kepada orangtuanya bahwa dia seorang yang taat, berbakti, selalu bersahabat dengan orang yang menunutun dia ke jalan yang selalu benar, mengarahkan dan membimbing ke jalan yang diridhoi Allah. Anak yang nakal jang pernah disalahkan anak itu sendiri, tapi sudahkan orangtuanya mendidiknya ke arah yang benar? Sudahkah orangtuanya mewatiskan ilmu pengetahuan, tauhid yang tulus kepada mereka? Sudahkan orangtuanya mendorong mereka untuk berorientasi ke arah ilmu pengetahuan dan akhlak yang mulia bukan harta yang melimpah? Ingatkah ketika Nabi Ibrahim As ketika berwasiat kepada anaknya “Siapa yang akan kamu sembah setelah aku mati?”
Pesan singkat yang Lukman lontarkan kepada anak-anaknya:
1. Sembahlah Allah, Tuhanmu dan jangan pernah berbuat syirik pada-Nya.
2. Berbuat baiklah kepada orangtua yang melahirkan dengan susah payah dan membesarkan kamu, dan jangan pernah menyangkal dan membantah walau dengan kata ‘ah’.
3. Berbuat baiklah kepada orang yang berbuat jahat padamu, apalagi kepada orang yang berbuat baik padamu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar