SEMUA UNTUK SLAM

AHLAN WA SAHLAN

PERJUANGAN GARIS DEPAN WALAU KAU BUNUH JIWAKU TAK AKAN LARI AQIDAH DARIKU

Sabtu, 21 Mei 2011

PEMBINAAN MENUJU PRIBADI TANGGUH




بسم الله الرحمن الرحيم

@ Create By Taufan Iswandi
Secara umum terbiyah islamiyah bertujuan membentuk manusia yang hanya beribadah kepada Allah SWT dan memakmurkan bumi hanya dengan aturan-aturan Allah baik yang berupa wahyu atau pun sunatullah, sehingga lahir suasana kehidupan yang islami di bumi ini.
Dalam rangka mewujudkan hal tersebut dijabarkan tujuan pembinaan meliputi :
1)     Terbentuknya Tashawur (persepsi) Islami yang jelas.
Islam sebagai din, sebagai pedoman hidup dari Allah SW mencakup seluruh aspek kehidupan dan perilaku untuk seluruh zaman dan ummat manusia. Ketidakmenyeluruhan persepsi terhadap Islam akan mengakibatkan Islam terisolasi dari pentas kehidupan, juga menjadi sumber bid’ah, khurafat, takhayul, dan tradisi jahiliyah serta berbagai kontradiksi. Bahaya persepsi yang parsial (Juz’I) dijelaskan dalam firman Allah Q.S. Al Baqarah:85 sedangkan kejelasan dan keuniversalan Islam terlihat pada firman Allah Q.S. An-Nisaa’:89.
2)     Membentuk Syakhsiyah Islamiyah (pribadi yang Islami)
Pribadi yang Islami adalah pribadi yang menjadikan nilai-nilai Islam sebagai bahan utama pembentuk kepribadiannya, sehingga identitas dirinya benar-benar mencerminkan keislamannya.
Komponen dasar bagi terbentuknya kepribadian seseorang adalah keyakinan, pendirian, perasaan, pemikiran, watak, performa, dan perilaku. Dan akidah islamiyah adalah dasar pembentukan dari semua komponen tersebut.
Tarbiyah islamiyah diharapkan menghasilkan buah yang baik. Buah yang diharapkan dari pembinaan islami (tarbiyah islamiyah) adalah terciptanya sosok pribadi Muslim yang ideal, pribadi muslim yang kaffah. Yaitu pribadi muslim yang mengimplemetasikan nilai-nilai Islam secara keseluruhan, tidak hanya bagian per bagian.
Beberapa deskripsi tentang pribadi muslim yang kaffah yang harus diketahui oleh seorang muslim, antara lain:
a)              Lurus aqidahnya
Kelurusan akidah merupakan pokok terpenting bagi pribadi muslim. Demikian pula yang dilakukan Rasulullah SAW pertama kali dapat ditelusuri bahwa ayat-ayat Al Qur’an Makiyyah turun selama 13 tahun yang menjelaskan kalimat Laailaaha illallah. Yang demikian itu karena din ini seluruhnya tegak di atas kalimat Laa ilaaha illallah. Memahamkan pada manusia bukan membuat tertarik pada cabang-cabang Islam saja, namun dengan pemahaman akidah dalam hati mereka yang kemudian secara otomatis akan melaksanakan segala syariatnya.
b)              Benar Ibadahnya
Ibadah adalah segala sesuatu yang dicintai dan diridhai Allah SWT, baik berupa perkataan, kepasrahan, dan ketundukan yang sempurna serta membebaskan diri dari segala yang bertentangan. Dengan demikian serang muslim harus paham bahwa ibadah kepada Allah merupakan kebutuhan dan kepentingan manusia, baik ibadah khusus (khashah), shalat, puasa, zakat, dsb. Ataupun ibadah umum (ammah), menuntuk ilmu, jual beli, dsb. Seorang muslim dalam beribadah haruslah benar yaitu niat ikhlas karena Allah dan berdasar atas syariat Islam.
c)               Terpuji Akhlaknya
Islam mengatur dalam segala aspek dari mulai bangun tidur smpai pada pagi berikutnya. Sehingga gerak langkah seorang muslim senantiasa indah karena mengikuti irama kehidupan yang diatur oleh Allah SWT. Seorang muslim yang berakhlak membawa dampak tidak hanya pada dirinya sendiri tapi juga lingkungan sekitar. Sehingga nantinya akan tercipta umat yang berakhlak mulia. Kesempurnaan iman seseorang dapat dilihat dari kualitas akhlaknya.
d)              Berwawasan Luas
Wawasan disini bermaksud senantiasa memikirkan sesuatu yang membangun, memperbaiki bukan membuat hal yang tidak berguna, dan menjauhkan diri dari sifat yang merendahkan. Karena pentingnya berwawasan luas inilah maka setiap muslim diwajibkan untuk senantiasa menuntut ilmu, baik ilmu keagamaan maupun ilmi-ilmu alam dan ilmu yang lainnya.
e)              Kuat Fisiknya
Rasulullah bersabda “ Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah pada keduanya ada kebajikan” (HR. Muslim)
Rasulullah telah menegaskan pentingnya pembentukan badan yang sehat dan menjaga dari berbagai penyakit. Kewajiban dan tanggung jawab pribadi muslim ideal tidak akan terlaksana dengan baik tanpa adanya badan/fisik yang sehat.
Allah berfirman : dalam Q.S (Ali-Imran: 79).
  
79. Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, Hikmah dan kenabian, lalu Dia berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah." akan tetapi (dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.
Imam Ibnu Katsir berkata: Tidak patut bagi seseorang yang telah Allah berikan padanya Al-Kitab, hikmah dan nubuwah menyeru pada manusia sembahlah aku dan sembahlah Allah. (Tafsir Ibnu Katsir)
Dalam tafsir Muyasar : Tetapi katakanlah: jadilah kamu semua ahli hikmah, fuqoha, ulama atas apa yang kamu pelajari dari orang-orang sekitarmu mengenai wahyu Allah.
Syeikh Abu Mahmudah Al-Harbi menyatakan bahwa tujuan tarbiyah adalah untuk mewujudkan dan mencetak jeilu rabbani (generasi rabbani) yang mampu menegakkan daulah islamiyah dalam rangka merealisasikan peribadatan hanya kepada Allah dan mengeluarkan manusia dari peribadatan antar hamba kepada hamba secara fardi (individu) maupun jama’I (masyarakat). (Risalah Tarbiyah wat Ta’lim 4)
Makna rabbani menurut Ibnu abbas, Abu Razin dan ulama lain yaitu: ahli hikmah, ulama orang-orang yang santun (ulama)
Sedang menurut riwayat dari Ibnu Abbas Said bin Jubair, Qotadah, Atho’ Al-Khursani, Uthiyah Al-Aufi, Rabi’ bin Anas dan riwayat dari Hasan yaitu: Ahli ibadah dan ahli taqwa. (Tafsir Ibnu Katsir)
Muhsin Al-Muhsi berkata: yaitu ulama fakih dalam dien yang mengajarkan. Tidaklah pantas orang yang mendapat gelar rabbani yaitu para ulama fakih, ahli ibadah, ahli hikmah, ahli taqwa kecuali dua golongan saja yaitu mujahid dan mujtahid. Dalam muqadimah Kitab Al-Jihad wal Ijtihad Ta’amulat fil Manhaj mengomentari tafsiran para mufasirin atas ayat: Q.S (at-Taubah 9:122)

122. Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.
dikatakan: Dalam ayat ini, Allah telah menjadikan manusia menjadi dua golonga; yaitu mujahid dan mujtahid dan tidak ada kebaikan yang tersisa setelahnya. Seorang mujahid adalah mujtahid dan seorang mujtahid adalah mujahid. Karena jihad dan ijtidah merupakan dua pecahan kata dalam bahasa arab, baik dari kata jahdu (fathu jim) yang artinya lelah dan berat atau dari kata juhdu (dhomu jim) yang artinya usaha dan kemampuan.
Mengapa hanya jihad dan ijtihad? Karena keduanya adalah satu-satunya sarana untuk menegakkan dan memurnikan tauhid di muka bumi. Ust. Sayyid Qutb berkata: “Ketahuilah! Sesungguhnya tujuan dari jihad dan ijtihad ialah: “Mengajak manusia untuk hanya menyembah Allah sebagai satu-satunya sesembahan dan mengeluarkan mereka dari peribadatan sesama hamba serta membersihkan seluruh thagut dari jengkal tanah dan mendongkel dunia dari kerusakan”. (Hadza Dien, Sayyid Qutb 15)
Syeikh Umar Muhammad Abu Umar berkata: “Sesungguhnya ma’rakah (medan tempur) jama’ah yang diberi petunjuk (jama’ah muhtadiyah), ialah ma’rakah tauhid vs kufur, iman vs syirik, bukan ma’rakah versus perekonomian, politik, sosial. Juga bukan ma’rakah versus antara Hambali, Hanafi, Syafi’i atau Maliki, madzhab antar madzhab, fatwa atas fatwa”. (Al-Jihad wal Ijtihad Ta’amulat fil Manhaj 10
)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar